1. Pengertian
Teknologi Nano
Nano
technology (teknologi nano) adalah ilmu (science) untuk membuat mesin-mesin yang
berukuran sangat kecil, dalam level molekul.
2. Sejarah
Penemuan
Munculnya
kesadaran terhadap ilmu dan teknologi nano diinspirasi dan didorong oleh
pemikiran futuristik dan juga penemuan peralatan pengujian dan bahan-bahan.
Pada tanggal 29 Desember 1959 dalam pertemuan tahunan Masyarakat Fisika Amerika
(American Physical Society) di Caltech, Richard Phillips Feynman (Pemenang
Hadiah Nobel Fisika tahun 1965) dalam suatu perbincangan berjudul “
There’s plenty of room at the bottomâ€, memunculkan
suatu isu yaitu permasalahan memanipulasi dan mengontrol atom (ukuran 0,001 nm)
dan molekul (ukuran 0,1 nm) pada dimensi kecil (nanometer) . Di tahun 1981,
Scanning Tunneling Microscopy (STM) diciptakan oleh Heinrich Rohrer dan Gerd
Binnig (Pemenang Hadiah Nobel Fisika tahun 1986). Beberapa tahun kemudian
(1986), Gerg Binnig, Calfin F Quate, dan Christoph Gerber menemukan Atomic
Force Microscope (AFM). Melalui peralatan STM dan AFM, para ilmuwan dapat
melihat, memanipulasi, dan mengontrol atom-atom secara individu di dimensi
nano. Penemuan bahan buckyball/fullerene dan carbon nanotube semakin mendorong
para ilmuwan untuk meneliti ilmu dan teknologi nano. Robert Curl, Harold Kroto,
dan Richard Smalley (Pemenang Hadiah Nobel Kimia tahun 1996) menemukan
buckyball/fullerene di tahun 1985. Buckyball/fullerene tersusun oleh
molekul-molekul karbon dalam bentuk bola tak pejal dengan ukuran diameter bola
0,7 nm. Sumio Iijima menemukan carbon nanotube pada tahun 1991 saat ia bekerja
di perusahaan NEC di Jepang. Carbon nanotube adalah molekul-molekul carbon
berbentuk silinder tak pejal dengan satu atau lebih dinding silinder. Diameter
silinder bervariasi dari 1 nm hingga 100 nm. Panjang silinder dapat mencapai
ukuran dalam rentang micrometer (1 μm=10-6m) hingga centimeter (1 cm=10-2m).
Perbandingan antara ukuran panjang dan diameter carbon nanotube dapat melebihi
1.000.000. Kedua ujung-ujung silinder ditutup oleh fullerene berbentuk setengah bola tak pejal.
Pengenalan dan pemahaman akan ilmu dan teknologi nano sangat terkait dengan definisi nano, bahan berstruktur nano, ilmu nano dan teknologi nano. Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter (1 nm=10-9m). Ukuran tersebut 1000x lebih kecil dari diameter rambut manusia (80 μm). Diameter sel darah merah dan virus hanya sebesar masing-masing 7 μm dan 150 nm. Bahan berstruktur nano merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu dimensinya (panjang, lebar, atau tinggi) berukuran 1-100 nm. Bahan nano merupakan jembatan antara atom/molekul dan bahan berukuran mikrometer (transistor pada chip computer). Gen atau DNA merupakan bahan nano alami dengan lebar pita gen sebesar 2 nm. Fullerene dan carbon nanotube termasuk bahan nano sintetis karena ukuran diameternya berukuran nano. Partikel-partikel pasir silika dan baja dapat dibuat juga menjadi bahan nano silika dan nano baja. Studi segala fenomena fisika, kimia, dan biologi pada dimensi 1-100 nm disebut ilmu nano (nanoscience). Sedangkan teknologi nano mencakup dua hal. Pertama, seluruh produk-produk dengan ukuran geometri terkontrol (ketelitian satuan pengukuran) yang tersusun oleh paling tidak satu komponen produk dengan satu atau lebih dimensi komponen produk dibawah 100nm yang menghasilkan efek fisika,kimia, atau biologi berbeda dengan komponen produk konvensional berukuran di atas 100 nm tanpa kehilangan daya guna produk nano tersebut. Kedua, peralatan-peralatan untuk tujuan pengujian atau manipulasi yang menyediakan kemampuan untuk fabrikasi dan pergerakan terkontrol atau ketelitian pengukuran dibawah 100nm. Contoh peralatan tersebut yaitu STM dan AFM. Salah satu produk nano yang diperkirakan segera hadir adalah mobil yang dirakit dengan cat mengandung serbuk nano, kerangka mobil terbuat dari komposit carbon nanotube, atau polimer nanokomposit sebagai bahan pengganti lembaran baja.
Pengenalan dan pemahaman akan ilmu dan teknologi nano sangat terkait dengan definisi nano, bahan berstruktur nano, ilmu nano dan teknologi nano. Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter (1 nm=10-9m). Ukuran tersebut 1000x lebih kecil dari diameter rambut manusia (80 μm). Diameter sel darah merah dan virus hanya sebesar masing-masing 7 μm dan 150 nm. Bahan berstruktur nano merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu dimensinya (panjang, lebar, atau tinggi) berukuran 1-100 nm. Bahan nano merupakan jembatan antara atom/molekul dan bahan berukuran mikrometer (transistor pada chip computer). Gen atau DNA merupakan bahan nano alami dengan lebar pita gen sebesar 2 nm. Fullerene dan carbon nanotube termasuk bahan nano sintetis karena ukuran diameternya berukuran nano. Partikel-partikel pasir silika dan baja dapat dibuat juga menjadi bahan nano silika dan nano baja. Studi segala fenomena fisika, kimia, dan biologi pada dimensi 1-100 nm disebut ilmu nano (nanoscience). Sedangkan teknologi nano mencakup dua hal. Pertama, seluruh produk-produk dengan ukuran geometri terkontrol (ketelitian satuan pengukuran) yang tersusun oleh paling tidak satu komponen produk dengan satu atau lebih dimensi komponen produk dibawah 100nm yang menghasilkan efek fisika,kimia, atau biologi berbeda dengan komponen produk konvensional berukuran di atas 100 nm tanpa kehilangan daya guna produk nano tersebut. Kedua, peralatan-peralatan untuk tujuan pengujian atau manipulasi yang menyediakan kemampuan untuk fabrikasi dan pergerakan terkontrol atau ketelitian pengukuran dibawah 100nm. Contoh peralatan tersebut yaitu STM dan AFM. Salah satu produk nano yang diperkirakan segera hadir adalah mobil yang dirakit dengan cat mengandung serbuk nano, kerangka mobil terbuat dari komposit carbon nanotube, atau polimer nanokomposit sebagai bahan pengganti lembaran baja.
3. Tujuan
Dan Manfaat
Ketika ukuran satu buah transistor bisa dibuat lebih kecil maka kepadatan
jumlah transistor pada ukuran chip yang sama secara otomatis akan menjadi lebih
besar. Dalam pembuatan LSI (large scale integrated sedapat mungkin jumlah
transistor dalam satu chip bisa diperbanyak. Tahun 2005, INTEL berhasil
meluncurkan 70 Megabit SRAM (static random access memory) yang dibuat dengan
teknologi nano proses tipe 65 nanometer (nm). Pada produk baru ini, di dalam
satu chip berisi lebih dari 500 juta buah transistor, dimana lebih maju
dibanding teknologi processor tipe 90 nm yang dalam satu chipnya berisi kurang
lebih 200 juta transistor. Diperkirakan sejalan dengan terus majunya teknologi
nano, ukuran transistor terus akan mengecil sesuai dengan hukum Moore dan
processor tipe 45 nm masuk pasar tahun 2007, dan selanjutnya processor 32 nm
pada 2009.
Manfaat technologi dalam kehidupan cukup luas antara lain :
Dalam bidang kesehatan, melalui nanoteknologi dapat diciptakan “mesin nano” yang disuntikan ke dalam tubuh guna memperbaiki jaringan atau organ tubuh yang rusak. Penderita hipertensi, misalnya, kini tak perlu lagi disuntik atau mengonsumsi obat, cukup hanya disemprot saja ke bagian tubuh tertentu. Nanoteknologi mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1 sampai 100 nm (satu nanometer sama dengan seperseribu mikrometer atau sepersejuta milimeter). Untuk industri logam, dapat diciptakan sebuah materi logam alternatif yang murah, ringan dan efisien, yang dapat menekan biaya produksi kendaraan, mesin dan lainnya. Nanoteknologi telah dapat merekayasa obat hingga dapat mencapai sasaran dengan dosis yang tepat, termasuk peluang untuk mengatasi penyakit-penyakit berat seperti tumor, kanker, HIV dan lain lain.
Dalam bidang kesehatan, melalui nanoteknologi dapat diciptakan “mesin nano” yang disuntikan ke dalam tubuh guna memperbaiki jaringan atau organ tubuh yang rusak. Penderita hipertensi, misalnya, kini tak perlu lagi disuntik atau mengonsumsi obat, cukup hanya disemprot saja ke bagian tubuh tertentu. Nanoteknologi mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1 sampai 100 nm (satu nanometer sama dengan seperseribu mikrometer atau sepersejuta milimeter). Untuk industri logam, dapat diciptakan sebuah materi logam alternatif yang murah, ringan dan efisien, yang dapat menekan biaya produksi kendaraan, mesin dan lainnya. Nanoteknologi telah dapat merekayasa obat hingga dapat mencapai sasaran dengan dosis yang tepat, termasuk peluang untuk mengatasi penyakit-penyakit berat seperti tumor, kanker, HIV dan lain lain.
Aplikasi nanoteknologi dalam industri sangat luas yaitu orang dapat membuat
pesawat ruang angkasa dari bahan komposit yang sangat ringan tetapi memiliki
kekuatan seperti baja.
Orang dapat memproduksi mobil yang beratnya hanya 50 kilogram. Mantel hangat yang sangat tipis
dan ringan bisa menjadi tren di masa mendatang dengan bantuan nanoteknologi.
Berbagai terobosan dapat dilakukan dengan nanoteknologi untuk menggantikan
bahan baku industri yang kian langka. Jepang, misalnya, pada 1997 membuat
proyek ultra baja untuk mengembangkan teknologi konservasi baja yang memiliki
kekuatan dua kali lipat dari baja biasa, sehingga pemakaiannya dapat lebih
efisien. Hal ini dapat menjadi solusi bagi krisis baja yang melanda dunia
beberapa bulan terakhir akibat melonjak tajamnya permintaan baja dari Cina.
Mulai tahun 2010, produk-produk industri dalam skala apa pun akan menggunakan
material hasil rekayasa nanoteknologi.
4.
Penggunaan
Teknologi Nano Dalam Kehidupan Sehari – hari
Pada
dasarnya, nanoteknologi ialah peluasan sains yang
sedia ada pada skala nano. Salah satu aspek skala nano yang terpenting adalah
bahwa semakin objek-objek menjadi kecil, semakin besar nisbahnya antara luas permukaan
dengan isi padu. Fenomena ini telah memungkinkan penciptaan bahan-bahan yang
menarik serta penggunaan-penggunaan yang baru. Umpamanya, bahan-bahan yang
legap menjadi Lut Sinar ( tembaga ), bahan-bahan yang stabil menjadi bahan
boleh bakar seperti aluminium, pepejal menjadi cecair pada suhu bilik seperti
emas, dan yang terjadi pd silikon.
Nanoteknologi
telah diaplikasikan pada produk-produk antara lain:
1.
Pada tekstil dan pakaian.
Dengan nanopartikel tekstil dan pakaian akan menjadi mudah dibersihkan dan dengan penambahan silver pada kaos kaki akan membuat nya mempunyai pengaruh pada pengurangan bau kaki. Tetapi akhir-akhir ini para peneliti mengingatkan bahwa tidak semua produk kaos kali yang mengandung perak akan aman bagi lingkungan. Hal ini karena pada saat pencucian, pada produk yang kurang bagus, perak akan terikut ke air cucian. Hal ini bisa menyebabkan efek negatif pada biota air. Selain perak, TiO2 diguanakan juga pada UV cut. Contoh yang umum di pakai adalah pada payung.
2.
Produk perawatan.
TiO3 dan SiO2 digunakan sebagai UV cut sementara apatite digunakan pada pasta gigi. Perak digunakan pada plester untuk mencegah infeksi dan emas nanopartikel digunakan pada tes kehamilan.
3.
Olahraga.
Nanopartikel digunakan untuk membuat peralatan olahraga menjadi lebih kuat, lebih baik dan berdaya guna tinggi. Contohnya pada raket merk Yonex yang menggunakan serat carbon.
4.
Perbaikan rumah.
Titania digunakan pada cat genting untuk membuat memberi efek pembersihan sendiri.
5.
Produk Rumah tangga.
Digunakan pada gelas, keramik, sepatu untuk berbagai macam pelapisan.
6.
Selain itu, Nanoteknologi juga dapat di aplikasikan dalam sistem Komunikasi
Serat Optik,
Dalam pada ini,
sistem komunikasi serat optik terdiri dari tiga bagian: pemancar (transmitter), saluran
komunikasi, dan penerima (receiver). Transmitter (yang terdiri dari dioda laser dan LED)
berfungsi mengubah sinyal elektronik ke dalam bentuk gelombang cahaya dan
memasukkannya ke dalam serat optic
5.
Perkembangan
Teknologi Nano Di Indonesia
• Pemerintah
Pemerintah indonesia belum menempatkan ilmu dan teknologi nano sebagai prioritas arah pembangunan 11. Ilmu dan teknologi nano dikelompokkan sebagai ilmu dasar yang memperkuat bidang-bidang prioritas 12. Hal ini tercermin dengan mengamati kebijakan-kebijakan di Kementerian Riset dan Teknologi 28, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 29 dan Dirjen Pendidikan Tinggi 30. Tidak diprioritaskannya ilmu dan teknologi nano di Indonesia merupakan cermin kekurangsiapan pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi masa kini dan mendatang.
Pemerintah indonesia belum menempatkan ilmu dan teknologi nano sebagai prioritas arah pembangunan 11. Ilmu dan teknologi nano dikelompokkan sebagai ilmu dasar yang memperkuat bidang-bidang prioritas 12. Hal ini tercermin dengan mengamati kebijakan-kebijakan di Kementerian Riset dan Teknologi 28, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 29 dan Dirjen Pendidikan Tinggi 30. Tidak diprioritaskannya ilmu dan teknologi nano di Indonesia merupakan cermin kekurangsiapan pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi masa kini dan mendatang.
Kebijakan pemerintah dalam
bidang ilmu dan teknologi nano masih menempatkan bidang tersebut ke dalam
kerangka kebijakan yang sudah ada. Belum ada keberanian pemerintah Indonesia
untuk secara khusus membuat kebijakan mendirikan pranata institusi dan program
penelitian teknologi nano. Kementerian Riset dan Teknologi mendorong riset
teknologi nano dengan memasukkan ilmu dan teknologi nano pada program insentif.
Di tahun 2009, program insentif menitikberatkan pada penelitian terapan. Cukup
jelas bahwa di tahun 2009, penelitian ilmu dasar nano belum dijadikan
prioritas. Penerapan teknologi nano di Indonesia diperkirakan masih sangat
rendah karena ilmu dasarnya belum kuat dan mungkin hanya segelintir ilmuwan dan
lembaga yang bisa melakukan langkah aplikasi teknologi nano. Profil BPPT belum
jelas menampilkan keberpihakan mereka pada teknologi nano. Melihat struktur
organisasinya, tidak ada deputi, balai pengkajian dan unit pelaksana teknis
khusus teknologi nano. Kebijakan Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) untuk
mendukung pendidikan ilmu dan teknologi nano juga belum jelas. Dari penelusuran
website DIKTI, beberapa penelitian ilmu dan teknologi nano telah didanai oleh
DIKTI. Namun, program yang dikhususkan untuk pengembangan teknologi nano belum
dilakukan. Integrasi ilmu dan teknologi nano ke dalam struktur pendidikan
tinggi mungkin sudah dilakukan melalui berbagai program studi yang sudah ada.
• Lembaga penelitian, pendidikan
tinggi dan advokasi
Organisasi dan struktural LIPI memperlihatkan bahwa penelitian ilmu dan teknologi nano masih dinaungi berbagai bidang ilmu yang sudah mapan 31. Kegiatan penelitian ilmu dan teknologi nano masih di bawah pusat penelitian fisika, kimia, metalurgi, dan biologi. Di Indonesia belum banyak lembaga publik atau privat yang fokus pada penelitian atau advokasi teknologi nano. Lembaga privat yang melakukan riset dan advokasi teknologi nano adalah Mochtar Riady Institute for Nanotechnology 32. Mereka fokus pada penelitian tentang molecular epidemilogy, proteomic, single nucleotide polymorphism, immunology, dan genomyc. Mereka bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan, berbagai lembaga penelitian kesehatan di Indonesia, Cina, Hongkong dan Singapur. Pada April 2005, Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) dideklarasikan di LIPI Serpong 33. Visi MNI adalah menjadikan Indonesia berkemampuan iptek berdaya saing secara global melalui jejaring teknologi nano. Lembaga ini diharapkan menjadi forum komunikasi berbagai pihak yang tertarik atau bergerak dalam bidang sains dan teknologi nano. Melalui penelusuran website lembaga di atas, tidak mudah mencari kebijakan dan arah penelitian secara mendetail di Indonesia. LIPI dan MNI belum secara transparan menentukan arah perkembangan ilmu dan teknologi nano di Indonesia.
Organisasi dan struktural LIPI memperlihatkan bahwa penelitian ilmu dan teknologi nano masih dinaungi berbagai bidang ilmu yang sudah mapan 31. Kegiatan penelitian ilmu dan teknologi nano masih di bawah pusat penelitian fisika, kimia, metalurgi, dan biologi. Di Indonesia belum banyak lembaga publik atau privat yang fokus pada penelitian atau advokasi teknologi nano. Lembaga privat yang melakukan riset dan advokasi teknologi nano adalah Mochtar Riady Institute for Nanotechnology 32. Mereka fokus pada penelitian tentang molecular epidemilogy, proteomic, single nucleotide polymorphism, immunology, dan genomyc. Mereka bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan, berbagai lembaga penelitian kesehatan di Indonesia, Cina, Hongkong dan Singapur. Pada April 2005, Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) dideklarasikan di LIPI Serpong 33. Visi MNI adalah menjadikan Indonesia berkemampuan iptek berdaya saing secara global melalui jejaring teknologi nano. Lembaga ini diharapkan menjadi forum komunikasi berbagai pihak yang tertarik atau bergerak dalam bidang sains dan teknologi nano. Melalui penelusuran website lembaga di atas, tidak mudah mencari kebijakan dan arah penelitian secara mendetail di Indonesia. LIPI dan MNI belum secara transparan menentukan arah perkembangan ilmu dan teknologi nano di Indonesia.
Pendidikan tinggi favorit di
Indonesia belum membentuk program studi khusus di bidang ilmu dan teknologi
nano. Mungkin mata kuliah ilmu dan teknologi nano telah diberikan pada program
studi di departemen teknologi dan sains. Mengingat keterbatasan sumber daya di
perguruan tinggi di Indonesia, sulit dibayangkan kemajuan transfer ilmu dan
teknologi nano kepada para mahasiswa. Lembaga advokasi yang terlibat dalam ilmu
dan teknologi nano belum nampak di Indonesia. Kegiatan advokasi lebih banyak
dilakukan pemerintah,lembaga riset dan lembaga pendidikan melalui kegiatan
seminar-seminar. Kegiatan-kegiatan penelitian dan advokasi terlihat belum
tertata rapi dan jelas sehingga terkesan belum ada kepedulian yang signifikan
akan resiko ilmu dan teknologi nano bagi masyarakat dan lingkungan. Penulis
berpendapat, berbagai pihak di Indonesia masih mengandalkan informasi dari luar
negeri menyangkut dampak dan resiko ilmu dan teknologi nano.
6. Prospek
Perkembangan Teknologi Nano Di Masa Depan
Nanoteknologi telah merubah cara
pandang manusia terhadap iptek itu sendiri. Dengan menguasai nanoteknologi
manusia merasa dapat mewujudkan semua impiannya untuk menciptakan material apa
saja di dunia ini. Dalam level nano (sepermilyar meter), atom demi atom atau
molekul demi molekul dapat disusun dan dimanipulasi sesuai keinginan kita
sehingga tidak terjadi pemborosan atau ketidakefisienan partikel seperti pada
material dalam paradigma iptek selama ini. Oleh karena itu nanoteknologi telah
men-generate konsep-konsep baru dalam berbagai bidang iptek. Diyakini bahwa
nanoteknologi akan membawa revolusi pada seluruh aspek kehidupan manusia dalam
waktu yang singkat dengan dampak melebihi empat revolusi yang terjadi
sebelumnya.
Area aplikasi nanoteknologi
sangat luas dan menyentuh
hampir seluruh Aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh, pada
bidang teknologi informasi
(TI) di Indonesia kini terdapat sekitar 60 juta pengguna handphone.
Nanoteknologi telah meningkatkan kemampuan dan performansi komponen handphone
seperti IC, layar display, memori, antena, baterai dan lainnya sehingga tampak
lebih ringkas namun semakin canggih. Perangkat elektronik lainnya seperti
komputer juga mengalami evolusi yang sama.
Di bidang farmasi dan kesehatan,
produk-produk kesehatan telah menggunakan partikel nano untuk meningkatkan
efektifitas obat. Para pakar di bidang ini kini tengah mengembangkan
nanoteknologi untuk drug targeted
and delivery system.
Obat kini didesain dapat mencapai target dengan dosis tertentu sehingga akan
lebih efisien dan efektif. Termasuk terobosan dalam bidang ini adalah
penggunaan material cerdas yang diimplantasi dalam tubuh manusia untuk
kepentingan pendeteksian penyakit. Home appliance yang kini banyak beredar di
pasaran seperti kulkas, AC, dan mesin cuci juga memanfaatkan nano partikel
perak untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia.
Tak ketinggalan di bidang pangan
dan pertanian, nanoteknologi telah memberi pengaruh untuk peningkatan
produktifitas. Penelitian di Rusia melaporkan penggunaan nanopartikel besi pada
pakan ternak ikan telah berhasil meningkatkan laju pertumbuhan sebesar 30%.
Lain halnya Tata Chemical (India) yang memanfaatkan partikel dalam skala nano
pada pupuk untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik secara kualitas
maupun kuantitas. Aplikasi lainnya seperti penggunaan nanosensor untuk
men-trace keberadaan ternak, produk water treatment (dengan senyawa berbasis 40 nm
lanthanum) untuk membersihkan aquaculture, serta nanovaksin merupakan produk
nanoteknologi. Nanoteknologi juga dimanfaatkan pada bidang lainnya, seperti
nanobaja pada bidang transportasi, hidrogen strorage materials untuk energi,
rompi tahan peluru untuk hankam dan lain sebagainya.
Nanotechnology or Die?
Dapat dipahami bahwa
nanoteknologi secara nyata mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Adalah Bill Clinton,
Presiden Amerika Serikat yang pertama kali menetapkan nanoteknologi sebagai
strategi baru untuk memenangkan persaingan global dengan membentuk National
Nanotechnology Initiative (NNI) serta mengalokasikan $464 juta di tahun 2001
(dan meningkat menjadi $1,5 milyar pada tahun 2008). Pertumbuhan investasi
R&D Amerika di bidang nanoteknologi ini merefleksikan dukungan penuh dan
konsisten dari pemerintah yang memang dilatarbelakangi oleh kesadaran akan
potensi nanoteknologi dalam Meningkatkan pemahaman dasar dan kontribusi terhadap
kepentingan nasional seperti daya saing ekonomi, hankam, dan kesehatan. Langkah
strategis ini langsung diikuti oleh negara-negara lain di dunia seperti Jepang,
Perancis, Jerman, Australia, Taiwan, Cina. Bahkan di negara-negara ASEAN pun
nanoteknologi sudah menjadi topik bahasan yang terus meningkat.
Nanoteknologi telah men-drive
bisnis-bisnis baru dengan pertumbuhan yang Pesat. Para pakar nano meramalkan
bahwa peluang nanoteknologi dalam pasar industri akan meningkat secara drastis
dari tahun 2010 ~2020 (lihat Gambar 2) dan menjadi jenuh pada tahun-tahun
sesudahnya. Hal ini karena pada saat itu produk-produk nano di pasar sudah
sangat masive jumlahnya. Diprediksi pertumbuhan produk nano di dunia akan
meningkatkan drastis dari $300 juta (2005) menjadi $2.9 triliun pada 2014. Oleh
karena itu, pengembangan nanoteknologi harus dilakukan dengan cepat pada masa
sekarang ini. Jika tidak, maka peluang pengembangan nanoteknologi akan
terlewatkan, dan sebagai konsekuensinya akan menjadi negara yang
tertinggal dan kalah karena tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain
di dunia ini. Keyakinan inilah yang membuat Presiden Korea Selatan tanpa ragu
menyemboyankan “Go Nano or Die”.
Pengembangan
nanoteknologi dalam konteks ke-Indonesia-an
Nanoteknologi tidak dapat dihindari
lagi entah kita mempersiapkan diri atau tidak. Dalam kenyataannya, Indonesia
memiliki keunggulan komparatif yang berupa kekayaan sumber daya alam baik
berupa berbagai mineral alam sebagai bahan baku pembuatan produk dan sumber
energi, dan keragaman hayati flora dan fauna dalam jumlah yang luar biasa.
Namun, sumber daya tersebut masih belum banyak diberikan nilai tambah sehingga
belum dapat dijadikan sebagai penentu daya saing bangsa.
Pemanfaatan sumber daya alam tersebut
baru berupa eksploitasi dengan kuantitas yang besar dan belum banyak
diolah sehingga masih bernilai sangat rendah (misalkan mineral pasir
besi, Kuarsa, tembaga, emas dll). Dilain sisi, letak geografis dan jumlah
penduduk yang sangat besar, menjadikan Indonesia menjadi pasar perekonomian
yang menjanjikan. Oleh karena itu, pengembangan nanoteknologi harus dapat
diarahkan untuk mengelola dan memberikan penambahan nilai secara signifikan
bagi sumber daya alam Indonesia sehingga meningkatkan daya saing bangsa. Arah
pengembangan nanoteknologi ini kelak akan menjadi back bone pembangunan
nasional kita.
Beberapa fokus pengembangan
nanoteknologi yang perlu dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki adalah: 1)
pemanfaatan nanoteknologi untuk pembuatan nanomaterial yang ditargetkan untuk
pensuplai bahan baku produk nano untuk aplikasi di bidang TI, transportasi,
elektronik, dll., 2) pemanfaatan nano-bioteknologi yang ditargetkan untuk
peningkatan hasil pangan dan pertanian, 3) pemanfaatan nanoteknologi di bidang
farmasi dan kesehatan yang ditargetkan untuk peningkatan kualitas obat
Indonesia, dan 4) pemanfaatan nanoteknologi untuk pemenuhan dan konservasi
energi nasional.
Penelitian dan pengembangan
nanoteknologi di Indonesia sudah dimulai di beberapa lembaga riset (LIPI,
BATAN, BPPT, LAPAN, MRC, dll) atau universitas (ITB, UI, ITS, Unand, UGM, dll).
Oleh karena itu, perhatian dan intensitas penelitian nanoteknologi di Indonesia
harus segera ditingkatkan, mengingat negara-negara lain juga belum lama
merintisnya dan peluang serta potensi yang sangat besar yang dimiliki
Indonesia. Kehilangan momen hanya menempatkan bangsa Indonesia di papan bawah
persaingan dunia di masa mendatang. Untuk mengusung isu nanoteknologi ini
diperlukan kerjasama yang erat dari semua kalangan baik industri, pemerintah,
dan akademisi. Prospek nanoteknologi akan semakin cerah jika kolaborasi
tersebut berjalan harmonis. Berawal dari ini, permasalahan bangsa diharapkan
dapat terselesaikan sekaligus meningkatkan derajat bangsa di percaturan Internasional.